Bertarung mentalitas melawan kebobrokan ala Lopa
Sejarah pernah mencatat seorang
penekar hukum yang begitu menentang keras praktek korupsi dan penyuapan yang
ada di Negeri ini. Ialah Baharuddin Lopa, sosokya yang bersahaja lahir dan
dibesarkan di Sulawesi Selatan, tepatnya di Poelewali Mandar pada tanggal 27
Agustus 1935. Dalam sepak terjang karirnya, ia pernah menjadi Menteri Hukum dan
Perundang-undangan Indonesia ke -23 pada masa presiden Abdurrahman Wahid,
menjadi jaksa agung Indonesia ke-17, duta besar Indonesia untuk Arab Saudi dan
anggota Komnas HAM.
Sosoknya begitu santer bermula pada saat
ia menjadi seorang kepala kejaksaan tinggi Sulawesi Selatan. Ia tahu korupsi
dan penyuapan sangat marak terjadi di lingkungan tempat ia bekerja dan sebagai
seorang yang jujur dan berintegritas, dia merasa perlu membabat habis seluruh
kebobrokan yang ada dengan keberaniannya bak singa yang sedang kelaparan itu. Hingga
suatu saat ia mengadakan jumpa pers dan mengatakan bahwa seluruh jajaran aparat
kejaksaan tinggi Sulawesi Selatan tidak menerima hadiah dalam bentuk apapun.
Tanpa pandang bulu, Lopa menebas
para koruptor walaupun terkadang ia seorang diri. Saking beraninya menjerat
koruptor, Lopa pernah di mutasi dari pekerjaannya dan dipindahkan di bagian
staff Menteri Kehakiman. Ia tahu, jabatan ini bukan merupakan promosi, namun
merupakan ganjaran baginya karena ia telah menjebloskan seorang pengusaha besar
dari Makassar ke jeruji besi.
Hal yang begitu diingat oleh
masyarakat Indonesia terkait keberaniannya dalam menegakkan hukum adalah ketika
ia dengan gagah dan berani menjebloskan Bob Hasan ke penjara Nusakambangan.
Padahal diketahui bahwa Bob Hasan adalah seorang pengusaha kayu dan seorang
politisi Indonesia di masa Presiden Soeharto dan memiliki hubungan dekat dengan
presiden Soeharto.
Keprofesionalitasannya pun selalu ia
ajarkan kepada anak-anakanya, bahkan pada suatu hari ia mendapati dirumahnya
ada dua buah parsel dan ia melihat salah satu parsel yang ada dirumahnya sudah
dibuka, mengetahui hal itu ia geram dan meminta siapapun untuk mengaku, namun
tak disangka ternyata yang membuka parsel itu adalah putrinya dan akhirnya ia
menasihati putrinya lalu membelikan barang yang sama dengan barang yang diambil
dari dalam parsel itu agar nantinya parsel itu bisa dikembalikan dengan utuh.
Walaupun ketegasan yang dimilikinya
begitu tinggi namun Lopa bukanlah orang yang kaku, sebaliknya ia seorang yang
ramah dan memiliki banyak relasi. Pernah pada suatu saat, ia dan istrinya
pernah berencana untuk membeli mobil namun uang yang mereka miliki tidaklah
cukup untuk membeli mobil itu secara tunai. Hingga akhirnya Lopa memutuskan
untuk mencicilnya. Setelah uang muka untuk mencicil mobil tersebut sudah
terkumpul, ia pergi ke tempat penjualan mobil di Makassar untuk membeli mobil
idamannya. Setibanya disana, ia langsung menemui manajer di tempat penjualan
mobil tersebut. Mengetahui calon konsumen mobil yang dijualnya adalah seorang
Baharuddin Lopa, maka sang manajer tak segan-segan memberikan potongan harga
lebih dari biasanya. Namun ia menolaknya dan meminta harga yang sudah biasa
diberikan kepada konsumen konsumen lainnya.
Baharuddin Lopa pernah menerima
anugerah Government Watch Award (Gowa
Award) atas pengabdiannya memberantas korupsi di Indonesia selama hidupnya.
Simboliasi penganugerahan penghargaan itu ditandai dengan Deklarasi Hari Anti
Korupsi yang diambil dari hari lahir Lopa pada 27 Agustus.
Namun Tuhan ternyata lebih
menyayangi Lopa, ia berpulang ke hadapan-Nya pada tanggal 3 Juli 2001 di
Riyadh,Arab Saudi akibat gangguan jantung seusai melangsungkan ibadah Umrah. Jenazahnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan Upacara Militer yang
dipimpin oleh Menkopolhukam Agum Gumelar saat itu.
Mungkin sebagian dari kita sangat
jarang atau bahkan mungkin tidak pernah mendengar sama sekali sosok Baharuddin
Lopa. Namanya memang tidak setenar nama pahlawan yang selalu menghiasi buku
buku yang sering beredar di toko buku dan kita baca namun perjuangannya
terhadap kebobrokan negeri ini patut sekali dikenang dan bahkan menjadi
tauladan bagi generasi penerusnya. Salah satu kalimat yang mengingatkan akan
kehadirannya “ banyak yang salah jalan tapi merasa tenang karena banyak teman
yang sama-sama salah, Beranilah menjadi benar meskipun sendirian.”
Oleh: Dania
Yuk baca tulisan Dania lainnya disini
Referensi
:
Posting Komentar untuk "Bertarung mentalitas melawan kebobrokan ala Lopa"