DA’WAH MANHAJI
Da’wah adalah misi kenabian dan ummat
Islam.
QS. Yusuf/12: 108:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي
أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا
وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(108)
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, aku dan orang-orang yang
mengikutiku, dan Maha Suci Allah, dan
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
وَمَا أَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى أَفَلَمْ يَسِيرُوا
فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَدَارُ
الْآخِرَةِ خَيْرٌ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا أَفَلَا تَعْقِلُونَ (109)
Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki
yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah
mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang
sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?
حَتَّى إِذَا اسْتَيْئَسَ
الرُّسُلُ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ قَدْ كُذِبُوا جَاءَهُمْ نَصْرُنَا فَنُجِّيَ مَنْ نَشَاءُ
وَلَا يُرَدُّ بَأْسُنَا عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ (110)
Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi
(tentang keimanan mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan,
datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang
yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang
yang berdosa.
Musyrik dihubungkan dengan tugas da’wah dan resiko kematian
(pahala akhirat). Jadi tugas da’wah yang terutama adalah menghilangkan
kemusyrikan dalam pelbagai bentuk walau apapun resikonya.
Terjemah ayat 108 diatas, “dengan hujjah
yang nyata”, adalah terjemah berdasar Tafsir Jalalain atas kata عَلَى
بَصِيرَةٍ. Lebih menarik adalah tafsir
Ibnu Katsir atas kata yang sama, yang tegas menyatakan “da’wah/ajakan pada
syahadah LAA ILAAHA ILLA ALLAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU” dengan argument yang
diyakini atas dasar bukti (burhan) yang kokoh.
Jadi dalam da’wah harus berpegang pada argument yang kuat dan
bukti yang nyata. Itu semua diajarkan oleh Al-Quran.
Rincian Misi Kenabian:
Adalah membawa peringatan kepada manusia dengan cara:
1.
Membacakan
ayat-ayat Allah,
2.
Mensucikan jiwa manusia,
3.
Mengajarkan
kandungan Al-Kitab (Al-Quran)
4.
Mengajarkan
hikmah (ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebijakan)
5.
Mengajarkan
yang belum diketahui manusia.
6.
(Ayat
lain menambahkan “mengajarkan sholat” setelah “mensucikan jiwa”)
Al-Baqarah/2: 151:
كَمَا أَرْسَلْنَا
فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151)
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu)
Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan
Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.
Bandingkan dengan doa Nabi Ibrahim di QS Al-Baqarah: 129 yang
meletakkan pensucian jiwa di akhir misi:
رَبَّنَا وَابْعَثْ
فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (129)
Tema kesucian jiwa ini kurang dipopulerkan di kalangan
Muslim, sementara agama lain justru meletakkan sebagai slogan. Tema ini justru
yang dicari oleh masyarakat yang semakin individualistic & hedonistik.
QS Ath-Tholaq/65: 10-11:
أَعَدَّ اللَّهُ
لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ ءَامَنُوا
قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا(10)
Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka
bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal, (yaitu) orang-orang
yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu,
رَسُولًا يَتْلُو
عَلَيْكُمْ ءَايَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ
صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا(11)
(Dan mengutus) (ialah) seorang Rasul yang membacakan kepadamu
ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan
kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya
Allah memberikan rezki yang baik kepadanya (di dunia rizqi dari hadapan Nya dan
surga di akhirat).
Perhatikan ayat ini menyebut BUKAN banyak, tetapi BAIK.
Ayat 10 surat Thoha tersebut
jelas menyebutkan, IMAN pada DZIKRA adalah salah satu bentuk kecerdasan
(digunakan kata ulul albab).
Unsur-unsur yang terkait dalam Ayat ini perlu diuraikan dalam
tadabbur kita, untuk dapat menemukan rincian obat bagi masyarakat.
Deret Proses Da’wah dari Contoh
Rasulullaah saw.
Dalam proses da’wah nya Rasulullaah saw memperlihatkan adanya
fasa-fasa (marahil) da’wah yang banyak. Sayangnya kebanyakan buku-buku Sirrah
Nabawiyah masih berorientasi pada marahil siyasah/politik, sedangkan misi
da’wah bukanlah misi politik, melainkan ruhiyah, yakni LAA ILAAHA ILLALLAH
WAHDAHU LAA SYARIKA LAHU.
Marahil yang jelas sekali nampak dalam kesuluruhan proses
Islamisasi yang dijalankan Rasulullah saw adalah satu deret proses yang
berurutan, tidak melompat-lompat, yang bermula dari penguatan ideology,
pembudayaan akhlaq Islamy, pembinaan solidaritas social, pembangunan kekuatan
ekonomi & kemakmuran masyarakat, serta seiring dengan fasa itu adalah
lobby-lobby politik yang melahirkan hegemoni politik dan terakhir fasa militer.
Seluruh proses itu dapat diberi akronim: I-BUD-SOS-EK-POL-(MIL),
bukan I-POL-EK-SOS-BUD-MIL.!
Saya sengaja memberi tanda kurung dalam (MIL) karena saat
RasuluLlaah membuka Mesir (fathu Mishir) tiada diperlukan peperangan.
Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah teratur
dan mengena ke segenap lapisan ummat. Akibatnya, di setiap lapisan sosial ummat
pemahaman mereka atas Al Quran relatif sama. Saat ini ummat kita semakin
tersegmentasi, sehingga seorang dapat menjadi professor tapi pemahaman agamanya
masih tingkat SD.
Maka da’wah kita harus juga ditujukan untuk menggugah minat
mempelajari Al Quran di semua lapisan ummat.
Da’wah di Kalangan Mahasiswa/Kampus:
Definisi Intelektual:
Intelektual adalah orang yang memiliki idea dan bekerja
secara konsisten untuk mewujudkan ideanya tersebut (Regis Debray. The Role of
Intellectuals. Dalam buku The Road to Revolution)
Ciri-ciri mahasiswa:
1.
Cerdas.
2.
Tanggap/peka
dengan ketimpangan social.
3.
Reaktif.
4.
Idealis.
5.
Romantic/berfikiran
semua indah & berjalan bagus.
6.
Kurang
berpengalaman.
7.
Metoda
berfikir ilmiahnya belum matang.
8.
Suka
membuat jalan pintas: merusak untuk menarik perhatian.
9.
Mudah
‘dibeli’.
Ciri-ciri mahasiswa seperti di atas membuat mahasiswa mudah
terpancing melakukan hal-hal yang bersifat jangka pendek dan menjurus pada
pengerahan dan perebutan kekuasaan. Hal ini tidak membuat mahasiswa
terasah untuk memiliki budaya yang kokoh dalam pengetahuan dan ideology
sehingga tak dapat disebut sebagai intelektual. Apalagi yang sesuai dengan
akhlaq Islam.
Penyakit kampus adalah birokrasi kampus yang tak jarang
bersifat korup. Jadi pengelola kampus belum tentu bersikap selayaknya
intelektual.
(Diantara penyakit umat Islam yang penting adalah pendekatan
birokratis dalam mengelola da’wah.)
Maka da’wah di kampus harus dimulai dengan menekankan pada
budaya ilmu, penguatan ideology dan akhlaq (Islam).
Hal tersebut dengan cepat dapat dilakukan dengan cara pemaparan
ajaran Islam secara sistematik dalam bahasa yang menyentuh rasa
kemanusiaan/sanubari sehingga terjadi perubahan internal dalam qolbu / diri
mad’u.
Alat Mencari Kebenaran: Trilogi ILMU-PETUNJUK-KITAB
Pendekatan ini sangat penting dan perlu dilakukan karena pada
dasarnya ummat Islam masih menyimpan kebanggaan pada agama Islam. Pendekatan
yang benar akan membangkitkan juga kebanggaan itu, sekaligus memberi format
menjadi kebanggaan yang berdasar logika, bukan emosional semata. Walaupun
demikian harus disertai penyucian hati (tazkiyah al nafs) seperti diisyaratkan
oleh ayat QS. al Hajj/22: 3 dan 8 serta QS Luqman/31: 20 sbb:
وَمِنَ النَّاسِ
مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّبِعُ كُلَّ شَيْطَانٍ مَرِيدٍ(3(
Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah
tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat,
وَمِنَ النَّاسِ
مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ(8)
Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang
Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang
bercahaya,
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ
اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ
نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ
عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُنِيرٍ (20(
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu ni`mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Nampak bahwa argument yang berasal syetan (dan produknya
yaitu nafsu dan persangkaan buruk) dihadapkan bertentangan dengan argument
berdasar petunjuk/ilham Allah dan Kitab. Di sini nampak peranan hati yang
bersih diperlukan untuk mendapatkan ketajaman atas ilham yang benar.
(Isyarat simbolik “kitab yang bercahaya” dapat diartikan juga
dengan kitab yang bercahaya di hati pembacanya, bukan dihati yang gelap, yang
tak jujur. Kejujuran diperlukan di dalam mencari kebenaran Allah SWT.)
Da’wah di kalangan umat Nasrani
Ummat Nasrani scara umum terbagi menjadi 2 kelompok besar:
Katolik dan Protestan. Sebenarnya di kalangan evangelist/protestant ada banyak
sekte yang memiliki karakter yang berbeda-beda, namun hanya pendekatan umum
sahaja yang dikemukakan di sini.
Kedua golongan ini mempunyai pandangan dengan sifat dasar
yang sama:
1.
Merasa
diperintahkan untuk menyebarkan Evangelium.
2.
Menggunakan
sangat banyak symbol dalam kehidupan keberagamaan terutama dalam Katolik.
3.
Semakin
ditentang dan ditindas, semangat semakin tinggi karena menganggap bahwa
penentangan masyarakat adalah tanda bahwa mereka benar, seperti disimbolkan
oleh kematian Jesus di tiang salib.
4.
Dalam
berda’wah ummat Nasrani sangat banyak menggunakan pendekatan psikologi dan
sugesti, yang terkadang sangat tak masuk akal, tetapi sepintas memenuhi alur “logika
induksi”.
5.
Umumnya
umat Kristiani tak menyadari bahwa dalam Bibel terdapat banyak konflik di
antara ayat-ayat nya.
6.
Tidak
terlalu peduli dengan pertentangan dalam Bibel.
Penganut agama Katolik umumnya memiliki pola kehidupan
keagamaan yang
1.
praktis,
2.
menekankan
pada akhlaq sehari-hari, terutama ketenangan jiwa, ketulusan dan keikhlasan
dalam berbuat baik,
(buku2 Aa Gym seri Manajemen Qalbu
dan Mario Teguh dengan The Golden Ways nya sangat popular di kalangan umat
Katolik)
3.
sangat
percaya dan sangat menggantungkan pada ilham dari Jibril, sampai-sampai
terkesan “pasrah”, sehingga
4.
banyak
kegiatan retreat & doa bersama untuk mnyelesaikan masalah, dan
5.
ritual
khusus Novena Salam Maria untuk hal yang penting, yaitu doa permintaan khusus
kepada Maria, ibunda Jesus, agar mempengaruhi/memintaJesus memenuhi permintaan
pendo’a, bahkan sampai permohonan mengubah takdirnya.
Penganut agama Protestan umumnya memiliki pola yang
1.
responsif
terhadap kritik fihak lain.
2.
berinisiatif
dalam berda’wah (kesadaran pada Evangelium).
3.
sangat
tahan berdiskusi dan pantang menyerah.
4.
tak
mustahil diskusi menjadi keras bahkan sampai mengajak “mengadu Tuhan Anda
melawan Tuhan saya”.
Ummat agama-agama Nasrani ini memiliki ketergantungan yang
kuat pada pemimpinnya. Pemimpin dapat dipastikan orang yang sangat cerdas.
Kenapa? Karena agama Nasrani hanya sedikit memuat panduan hidup, itupun
disampaikan dalam symbol-simbol yang banyak, sehingga perlu pemuka yang pandai untuk
menginterpretasinya. Selanjutnya pemuka agama Nasrani “berhak”
menginterpretasikan Firman dan Nubuat atas nama ilham dari Roh Kudus.
Karena itu untuk menyampaikan ajaran kepada mereka perlu
1.
kesopanan
yang tinggi,
2.
tidak
mudah terpancing emosi/santai tapi tekun,
3.
mengemukakan
hal-hal yang menyentuh rasa dan logika deduktif,
4.
berinisiatif
menyusun logika sebagai acuan diskusi,
5.
membandingkan
Bibel dengan Al-Quran secara umum,
6.
bahkan
sampai membandingkan ayat-ayat keduanya, dan
7.
membandingkan
dengan logika deduktif.
Beberapa pengalaman penulis insya Allah dikemukakan secara
lisan dalam forum: kasus Dr.Ir.R.Sitanggang MT, pakar fuel cell, insinyur
teladan tingkat Asean 2008-2009, mantan pemuka gereja Pantekosta DIY. Kasus2
mantan Katolik: Ny. Sri Wigati dan Ny. Septiana Setianingrum SE, Bp. Yulius
Visenso, Bp. Arnold Gonzaga.
Patut dicatat:
1.
banyak
sekali ayat-ayat Bibel yang sangat sesuai, bahkan redaksionalnya pun sangat
serupa, dengan hadits-hadits Qudsy.
2.
dalam
agama nasrani tiada disebut sifat2 Tuhan, kecuali 2 (dua): Pengasih dan Baik.
Maka mereka selalu berkutat dari 2 (dua) hal itu saja.
Beberapa Usaha
Beberapa contoh ikhtiar membawa Islam secara lebih ilmiah dan
mudah dikemukakan di bawah ini.
A. Menyederhanakan struktur kandungan
ajaran Islam.
Karakteristik utama ajaran Islam
dapat disusun secara sederhana menjadi:
1. KUNCI
AJARANNYA: KETUNDUKAN IKHLAS KPD ALLAH SWT & RASUL SAW.
2. Ditujukn
untuk membawa manusia ke peringkat adab/moral tertinggi.
3.
SEDERHANA,
sehingga
4. mudah
&
5. praktis.
6. SESUAI
FITRAH MANUSIA,
sehingga
7. menenteramkan
hati &
8. bawa
keadilan &
9. kemakmuran
umat manusia
10. seimbang
antara panduan manusia sebagai individu & sosial,
11. TEMPATKAN
MANUSIA SEBAGAI SUBYEK BUKAN OBYEK,
maka
12. hanya mengatur
hal-hal yang prinsip (manusia diberi ruang berijtihad untuk hal2 baru),
13.
konsisten/unsur2 ajarannya tak bercanggah/bertentangan satu sama lain,
14. ilmiah,
15.
komprehensif/lengkap,
16.
fleksibel &
17. ssuai
spanjang zaman.
18. MENJAGA
HARMONI /MENYELAMATKAN SELURUH ALAM.
19. KITAB
SUCI & CATATAN KEHIDUPAN NABINYA OTENTIK.
Dengan penyederhanaan di atas diharapkan mad’u dapat memahami
dengan mudah kelebihan ajaran Islam dari agama lain.
B. Sistematika hubungan manusia dengan
fihak lain.
Syekh Majid Arsan Kailani dalam kitab beliau Falsafah al
Tarbiyah fi al Islam mengemukakan adanya 5 (lima)
hubungan/relationship/ilaqoh antara manusia dengan fihak lain selama hidupnya
di dunia, yaitu:
1. Bi
al Robb/dengan Tuhan: ilaqoh ‘ubudiyah/hubungan perhambaan.
2. Bi
al kaun/dengan alam sekitar: ilaqoh taskhir/hubungan penundukan/pengambilan
manfaat & pengelolaan.
3. Bi
al naas/dengan manusia: ilaqoh ‘adl wa ihsan/hubungan berkeadilan dan kebaikan
bersama.
4. Bi
al dunia/dengan kehidupan dunia: ilaqoh ibtila’/hubungan ujian.
5. Bi
al akhirah/dengan kehidupan akhirat: ilaqoh mas-uliyyah wa jazaa/hubungan
pertanggung-jawaban dan ganjaran.
Dengan pendekatan di atas dengan mudah dapat ditunjukkan,
bahwa kehidupan dunia adalah ujian, bukan tempat memetik hasil. Maka keberhasilan
dalam kehidupan duniawi seseorang bukan menjadi ukuran keberhasilan beragamanya.
Closing Remarks:
1.
QS.
al Anfal/8: 73:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ
كَبِيرٌ(73)
Adapun orang-orang yang kafir,
sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para
muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya
akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.
2.
Dianjurkan
membaca Fiqhud Da’wah karya M. Natsir. Buku ini sangat filosofis, sangat
berbobot.
CLOSING REMARK:
Akhir ayat QS.
Al-Baqarah/2: 282:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (282)
Semoga bermanfaat dan tercatat sebagai amal salih kita semua. Amiin.
M. Djafnan Afandie
Posting Komentar untuk "DA’WAH MANHAJI"